Wednesday, August 23, 2006
Tulisan kedua dari sahabat ..............
Catatan kecil
18 Agustus 2006

(PERNAH) BANGGA BERBANGSA INDONESIA


Pekikan lagu pop- mix terdengar dari sudut lapangan, di mana para ibu-ibu, bapak-bapak, remaja-remaja berjoget berpasangan dengan mengapit satu buah bola pingpong di dahi mereka. Seolah ada aura keceriaan dan suka-cita yang terlalu hebat di sana. Terlalu gembira... terlalu senang... Ah, mungkin sesuatu yang hebat telah dicapai oleh mereka-mereka itu.

Pesta HUT-RI ke-61 baru saja usai. Dari tahun ke tahun memperingati hari kemerdekaan membuat ana berfikir sejenak. Sejenak, karena boleh jadi fikiran ana akan aneh buat mereka, dan mungkin ana lah yang aneh kenapa berani-beraninya berfikir mengenai hal ini.
Mengurai perjalanan bangsa dalam 1 tahun saja, sudah banyak membuat mata basah berkaca atau tangan kita erat terkepal. Kelaparan di Yakohimo dan berbasgai penjuru nusantara, naiknya BBM yang membuat semakin beratnya living cost, kekeringan, gempa Jogja, Suharto yang belum teradili, pembodohan di peradilan, tertuduhnya islam sebagai teroris di tanah airnya sendiri.. dan serangkaian bencana lainnya.

Analoginya begini, jika ada saudara kita yang berulang tahun, tetapi pada saat bersamaan sedang mengalami rangkaian musibah, misalnya belum lama sanak saudaranya meninggal, kemudian rumahnya habis karena kebakaran, terus ia di-PHK, sudah barang tentu kita akan berfikir ribuan kali untuk bersenang-senang dan bersuka-cita atas HUT-nya itu.
Makanya, ana bingung ketika mau turut bersuka cita di HUT-RI ini di saat banyaknya penderitaan negeri ini dan penduduknya dari ujung timur ke barat. Pesta atau peringatan?? Suka cita atau duka cita?? Syukuran atau muhassabah??
Merdeka? Merdeka dari apa? Dari siapa? Sampai saat ini negeri ini masih banyak diliputi pembodohan kok, dibodohi, dan sebagian membodohi. Sampai sekarang bangsa ini masih tak punya harga diri di mata asing kok, lihat aja pengiriman miss world untuk ‘membela negara’, lihat aja kontrak freeport yang teramat merugikan, lihat aja penangkapan ust. Baasyir, lihat aja perekonomian kita dikuasai siapa, lihat aja BUMN-BUMN dijual ke siapa.
Selalu Merdeka?? Merdeka dari apa? Dari siapa? Lihat aja bayi-bayi yang meninggal kelaparan yang diperhalus dengan sebutan ‘gizi buruk’, lihat saja hukuman koruptor bermilyar-milyar yang cuma diganjar hitungan bulan, lihat aja penggusuran PKL, lihat aja hutan kita yang semakin meluas (asapnya), lihat aja laut kita yang memiliki komoditas andalan terbesar yaitu ikan curiannya..

Balik lagi ke HUT-RI, Ana juga lihat, jika ada seseorang yang sedang ber-ulang tahun, biasanya ada orang lain yang akan mengucapkan selamat ulang tahun kepada yang berulang tahun.
Makanya, ketika ada HUT RI ana bingung mau ucapkan apa dan ke siapa??
Ke presiden sekarang?? Gubernur?? Artis sinetron?? Ah...jelas, mereka tidak ikut perang kemerdekaan kala itu...
Kemudian ana berfikir, (setelah bersyukur kepada Alloh SWT) seharusnya pahlawan-pahlawan dan para syahidin yang paling berhak mendapatkan ucapan itu. Kalau ada perayaan, merekalah yang paling berhak hadir di panggung-panggung perayaan. Adalah mereka sang jenderal besar yang bergerilya, si Pangeran bersorban dan berkuda di tanah jawa, si Bung yang menggelorakan semangat para pemuda Surabaya, Si Tuanku yang meletuskan padri di ranah minang atau si wanita perkasa dari ujung serambi mekah, ....

Akan tetapi karena menghadirkan mereka-mereka memang tidaklah mungkin, paling tidak seharusnya orang-orang, baik anak kecil, pemuda, setengah baya, atau pun jompo yang mewarisi jiwa-jiwa kepahlawanan para pahlawan kitalah yang paling berhak.
Bukannya artis-artis pesinetron yang lantang meneriakkan “Merdeka!”, kemudian terkekeh-kekeh bergaya di outlet-outlet fast food amerika.
Bukannya idol-idol kontestan lomba nyanyi di TV yang berupaya membuat kabur makna kata idola sesungguhnya, yang seberapa pun gigih ‘perjuangan’ mereka tidak akan pernah membuat angka kemiskinan menurun nyata.
Bukan juga pejabat-pejabat yang gagah menghadiri upacara kehormatan, kemudian rakus mencuri nasi-nasi milik para pencuri yang memang terpaksa mencuri...

Ya Alloh, ampuni dan rahmatilah para pahlawan dan pejuang keadilan negeri ini yang telah lama mendahului kami dengan syahid mau pun wafat di tempat tidurnya. Karena merekalah, kami (pernah) bangga berbangsa Indonesia.

Wallahu’alam bishowab.
posted by Angga_A_Surawijaya @ 11:49 AM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 
about me
My Photo
Name:
Location: Rain city, West Java, Indonesia

Saya adalah orang yang sedang mencari kebenaran, mencari makna serta hakikat manusia dan saya adalah orang yang sedang berjuang menegakan kehormatan yang berarti 2 pilihan hidup mulia atau mati sebagai syuhada

Udah Lewat
Archives
Hadits Pekan ini
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu “ (Riwayat Bukhori)
judul

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. Aenean viverra malesuada libero. Fusce ac quam.

Links
Template by
Free Blogger Templates